Mengenal aset kripto, dan adopsi kripto dalam kegiatan sehari-hari

Bisnis Crypto exchange

Pernahkah kalian berfikir apa itu uang kripto, dan bagaimana cara kerja dari uang kripto? Ada juga yang penasaran siapa sebenarnya yang mengendalikan dan menciptakan uang kripto. Pada topik kali ini saya akan membahas mengenai uang kripto berdasarkan pengetahuan yang sudah pernah saya pelajari. Menurut saya sulit mencari informasi yang lebih detail menggambarkan secara jelas mengenai uang kripto.

Banyak orang membahas secara umum, hingga bagi kita yang pemula tidak akan paham bagaiaman teknologi ini bekerja. Terkadang beberapa konten menjelaskan terlalu abstrak, sulit memang menerima informasi yang sepotong-sepotong. Saya bahkan harus mengkombinasikan AI + Seraching untuk bisa memahami sepenuhnya bagaimana uang kripto itu bekerja.

Uang kripto di bangun menggunakan teknik kriptografi dan terdesentralisasi. Terdesentralisasi yang artinya tidak ada satupun instansi besar yang mengendalikan atau menjadi pemilik penuh mengenai asset tersebut, tetapi semua orang berpartisipasi dalam uang kripto itu sendiri.

Ada yang berpartisipasi sebagai pengembang yaitu mengembankan teknologi, memelihara jaringan, dan menciptakan terobosan teknologi baru untuk adopsi uang kripto, ada yang bertugas sebagai NODES yaitu seorang yang mengamankan transaksi dan mencatat transaksi, ada juga yang berpartisipasi sebagai Miner / penambang blok uang kripto.

Aset kripto ada dua model, model pertama uang yang di tambang dengan teknik kriptografi. Meskipun jumlah nya terbatas, seorang dapat berpartisipasi sebagai miner untuk menemukan kode-kode baru dari hashing kriptografi hingga nantinya memperolehh reward berupa coin itu sendiri sesuai aturan dalam Blockchain mereka.

Ada juga aset kripto yang di keluarkan pada saat pertama kali di rilis, uang ini di keluarkan sepenuhnya dan total supplynya sudah di tentukan. Aset kripto yang sudah di terbitkan tersebut nantinya dapat di sebar luaskan/ di distribusikan, biasanya di berikan kepada investor dan investor menyetorkan dana mereka ke pengembang.

Pengembang mendapatkan dana tersebut, dan dana di pergunakan untuk memelihara jaringan, menggaji developer, dan biaya lain terkait pengembabngan teknologi kriptografi. Apa saja yang di lakukan untuk dapat meningkatkan aset kripto jadi berharga?

Adopsinya, pengembang harus menciptakan pustaka, aplikasi, dan bekerja sama dengan banyak pihak untuk menggunakan dan mengadopsi aset kripto tersebut. Bisa sebagai pembayaran, bisa sebagi reward, sebagai invesment. Selain itu pengembang harus menciptakan exchange DEX ( Decentralized Excange ) dengan adanya DEX aset kripto jadi lebih berharga karena dapat di tukarkan dengan coin lain misal tukar SOL ke ETH.

Pihak lain juga bisa membuat mekanisme pertukaran ini bahkan bisa mendukung adopsi dan penggunaan serta meningkatkan nilai harga dari aset kripto. Aplikasi crypto exchange pihak ketika di sebut CEK ( Centralized Exchange ), contohnya indodax. Mereka memperjual belikan kripto ada orang mau tukar kripto ke uang mereka tukar ke indodax indodax membelinya dan memberikan uang fiat kepada penjual tersebut. Begitu juga ada yang mau beli, indodax menjual stok mereka dan menerima pembayaran dalam uang fiat.

Kalau kita mau tukar aset kripto ke uang fiat dimana? Kita jual di CEK ( Centralized Exchange ) atau kita jual ke orang lain yang mau membeli nya. Akan sangat berharga jika suatu coin kripto di adopsi sebagai metode pembayaran secara global dan garis besar, maka kita tidak perlu uang fiat kita hanya perlu kripto saja untuk membayar apapun.


Dalam dunia kripto kalian mungkin mengenal istilah Airdrop, istilah ini sering di gunakan dan dapat mmenarik lebih banyak pengguna baru untuk memiliki coin terkait. Airdrop adalah pembagian coin secara gratis stelah coin di terbitkan. Biasanya pembagian ini melalui sebuah event, baik itu event promosi, kerja sama bug bounty, atau hadiah games.

Tujuan dari airdrop adalah meningkatkan adopsi coin/token kripto secara luas, serta menarik perhatian pengguna baru. Dengan meningkatnya jumlah pemegang (holders) dan aktivitas transaksi, airdrop dapat membantu membangun likuiditas dan ekosistem bagi coin/token tersebut. Jika adopsi meningkat dan jumlah pemegang bertambah, hal ini bisa berdampak pada kenaikan market capitalization (market cap) dari proyek tersebut.


Koin kripto dapat dikategorikan menjadi dua jenis, meskipun keduanya dibangun di atas teknologi blockchain. Jenis pertama adalah native coin, yaitu koin utama yang digunakan dalam jaringan blockchain tertentu dan berfungsi untuk membayar biaya transaksi (gas fee), seperti BTC di Bitcoin atau ETH di Ethereum. Jenis kedua adalah token berbasis smart contract, yang dibuat di atas blockchain yang sudah ada, seperti USDT atau UNI yang berjalan di jaringan Ethereum

Nah kita juga bisa membuat token crypto sendiri berbasis smart contract, kita tidak perlu repot membangun teknologi jaringan blokchain sendiri, tapi kita cukup memanfaatkan jaringan yang sudah ada dengan membuat smartcontract. Kita nerbitin token, nantinya token ini dapat kita pakai sebagai aset/mata uang kita sendiri, jadi kita cukup membangun likuiditas untuk token yang kita kembangkan dengan membagikanya lewat event airdrop atau mengadopsinya di berbagai lini bisnis/usaha kita.

Token dapat digunakan sebagai cara untuk mengumpulkan dana bagi proyek atau bisnis baru. Mirip dengan Initial Public Offering (IPO) di pasar saham, Initial Coin Offering (ICO) atau Token Generation Event (TGE) memungkinkan investor untuk membeli token dengan harapan nilai token akan meningkat di masa depan.

Kalian pernah ingat Wirda Mansur? Dia pernah membuat token bernama I-COIN. Token tersebut dibuat menggunakan kontrak pintar (smart contract) di jaringan Binance Smart Chain (BNB). Ini membuktikan bahwa siapa pun sebenarnya bisa membuat token kripto sendiri tanpa perlu membangun blockchain baru.

Dengan menggunakan smart contract, kita bisa menciptakan token dengan aturan yang kita tentukan sendiri, seperti jumlah total supply, mekanisme distribusi, hingga fitur tambahan seperti staking atau burning. Teknologi ini membuka peluang bagi siapa saja untuk berinovasi di dunia kripto tanpa harus menjadi developer blockchain tingkat tinggi.

Jadi, kalau kalian pernah berpikir bahwa membuat token itu sulit, nyatanya banyak proyek yang lahir hanya dengan memanfaatkan smart contract di jaringan yang sudah ada. Dengan pemahaman yang tepat, kita juga bisa membuat token sendiri!


Sekarang kita masuk ke lebih teknis lagi, bagaimana coin kripto itu bisa berjalan dan di buat. Meskipun coin kripto itu banyak, mari kita ambil contoh saja antara Bitcoin. Bitcoin di buat dengan cara Proof of Work (PoW) yaitu di tambang, penambang pertama di sebut genesis MINING yang mengawali terbentuknya coin pertama.

Blok pertama yang ditambang dalam jaringan Bitcoin disebut Genesis Block. Pada blok ini, penambang menerima hadiah sebesar 50 Bitcoin sebagai insentif. Informasi ini dicatat secara permanen dalam buku besar Bitcoin (blockchain), yang berfungsi sebagai catatan transparan dan tidak dapat diubah. Buku besar bitcoin di namakan "LEDGER"

Seiring berjalannya waktu, tingkat kesulitan penambangan akan meningkat untuk menjaga stabilitas jaringan. Selain itu, sesuai dengan aturan dalam protokol Bitcoin, hadiah penambangan akan berkurang setiap 210.000 blok atau sekitar 4 tahun sekali dalam mekanisme yang disebut Bitcoin Halving. Hal ini dilakukan untuk mengendalikan pasokan Bitcoin dan menjaga kelangkaannya di masa depan.

Mari kita buat program sederhana yang mencerimkan seorang yang menambang bitcoin, cara kerja nya begini : pertama kita bikin suatu hash kriptografi, di sebut sebagai blok geneis, selanjutnya tingkat kesulitan di atur dengan menambahkan angka kesulitan misalnya angka 5 ini sebut saja sebagai NONCE.

Kemudian kita set juga HALVING, Halving adalah peristiwa yang terjadi setiap 210.000 blok (sekitar 4 tahun sekali) di mana hadiah penambangan Bitcoin berkurang setengahnya. Coontoh hadiah awal 50, setelah 210 ribu blok di tambang hadiah akan berkurang setengah misal 50bitcoin jadi 25 bitcoin dan terus menyusut. Halving ini dirancang untuk mengendalikan pasokan Bitcoin dan membuatnya semakin langka seiring waktu sesuai aturan bitcoin.

Karena gak mungkin kita bisa menambang sampai 210ribu blok, jadi kita pendekin halvingnya setiap 8 blok di tambang maka hadiah akan di kurangi setengah. Silakan jalankan kode program ini. Program ini akan menambahkan nonce dan mencoba mencari HASH ratusan ribu kali agar dapat menemukan blok pertama, blok kedua, blok ketiga dan seterusnya. Dalam 1x di jalankan ia akan mencetak blog genesis, pada layar akan muncul berpaa ribu kali percobaaan di tulis 1 line setiap 10ribu percobaan.

Blok akan tercipta setelah menemukan HASH yang sesuai dengan nol angka yang di harapkan sesuai tingkat kerumitan aturan nya. 8 blok sekali hadiah akan di kurangi setengahnya, itu artinya proses menambang akan sangat sulit meneukan nonce karena akan ada miliaran kali percobaan yang harus di lakukan hanya untuk mendapatkan secuil coin hadiah.

const fs = require('fs');
const crypto = require('crypto');

const DIFFICULTY = 5; // Jumlah nol di depan hash yang diperlukan
const INITIAL_REWARD = 50;
const LEDGER_FILE = 'ledger.json';
const BLOCKCHAIN_FILE = 'blockchain.txt';
const MAX_ATTEMPTS = 1e7; // Batasan percobaan untuk mencegah infinite loop

// Fungsi untuk menghitung hash SHA-256
function calculateHash(index, previousHash, timestamp, data, nonce) {
    return crypto.createHash('sha256').update(index + previousHash + timestamp + data + nonce).digest('hex');
}

// Fungsi untuk menambang blok
function mineBlock(index, previousHash, data, minerAddress) {
    const timestamp = Date.now();
    let nonce = 0;
    let hash = '';
    const startTime = Date.now();
    const difficultyPrefix = '0'.repeat(DIFFICULTY);

    console.log(`🚀 Memulai mining blok ${index} dengan kesulitan ${DIFFICULTY}...`);

    // Mencoba hingga mendapatkan hash yang memenuhi syarat atau mencapai batas maksimum percobaan
    while (nonce < MAX_ATTEMPTS) {
        hash = calculateHash(index, previousHash, timestamp, data, nonce);

        if (hash.startsWith(difficultyPrefix)) {
            const miningTimeMs = Date.now() - startTime;
            console.log(`✅ Blok ${index} berhasil ditambang oleh ${minerAddress} dalam ${miningTimeMs} ms setelah ${nonce} percobaan!`);
            console.log(`🔗 Hash: ${hash}`);
            
            const block = { index, timestamp, data, previousHash, nonce, hash, miningTimeMs };
            saveBlock(block);
            rewardMiner(minerAddress, index);
            return;
        }

        // Log setiap 100.000 percobaan untuk menghindari spam
        if (nonce % 100000 === 0) {
            console.log(`⏳ Mencari Hash : ${hash} [Percobaan: ${nonce}]`);
        }

        nonce++;
    }

    console.log(`❌ Gagal menemukan hash valid setelah ${MAX_ATTEMPTS} percobaan. Mungkin DIFFICULTY terlalu tinggi.`);
}

// Fungsi untuk menyimpan blok ke file blockchain.txt
function saveBlock(block) {
    fs.appendFileSync(BLOCKCHAIN_FILE, JSON.stringify(block) + '\n');
}

// Fungsi untuk memberi reward kepada miner
function rewardMiner(minerAddress, index) {
    let ledger = {};

    if (fs.existsSync(LEDGER_FILE)) {
        ledger = JSON.parse(fs.readFileSync(LEDGER_FILE, 'utf-8'));
    }

    const halvings = Math.floor(index / 8);
    const reward = INITIAL_REWARD / (2 ** halvings);

    ledger[minerAddress] = (ledger[minerAddress] || 0) + reward;

    fs.writeFileSync(LEDGER_FILE, JSON.stringify(ledger, null, 2));
    console.log(`💰 Miner ${minerAddress} mendapatkan ${reward} BTC!`);
}

// Fungsi untuk memulai mining
function startMining(minerAddress) {
    let previousHash = '0'.repeat(64);
    let index = 1;

    if (fs.existsSync(BLOCKCHAIN_FILE)) {
        const blocks = fs.readFileSync(BLOCKCHAIN_FILE, 'utf-8').trim().split('\n');
        if (blocks.length > 0) {
            const lastBlock = JSON.parse(blocks[blocks.length - 1]);
            previousHash = lastBlock.hash;
            index = lastBlock.index + 1;
        }
    }

    mineBlock(index, previousHash, `Blok ${index}`, minerAddress);
}

// Jalankan mining dengan miner address
startMining('Miner001');

Setelah blok di buat kode dan setiap blok yang ada dan buku besar / Ledger salinanya di amankan oleh semua orang yang berpartisipasi sebagai NODES. Hampir semua node menyimpan riwayat salian dari blok yang di tambang sebelumnya, dari sinilah coin cripto dibuat. Partisipasi semua orang membuat nya menjadi coin tak berpemilik alias jadi kepemilikan bersama.

Ada juga coin yang hanya di terbitkan saat pertama kali di buat/Prof Of stake tidak menggunakan mekanisme penambangan seperti bitcoin. Kriptografi tersebut adalah suatu teknik untuk mengamankan jumlah stok cadangan, dan membuatnya tetap barharga serta menghindari inflasi atau penurunan harga akibat terlalu banyak supply.

Saat terjadi transaksi semua nodes berpartisipasi untuk mengkonfirmasi transaksi tersebut, memeriksa hash sebelumnya, menghasilkan hash baru untuk transaksi tersebut apakahs udah sesuai atau tidak. Setelah semua terkonfirmasi maka transfer di kategorikan berhasil, semua nodes akan mencatat salinan data tersebut, hingga tidak ada satupun pihak terpusat/instansi yang mengendalikan sistem bitcoin.

Banyak orang yang bermain kripto hanya fokus pada finansial valuasi yang ada di dalam aset tersebut tanpa mengetahui bagaimana teknologi ini bekerja. Contohnya indonesia, di indonesia banyak orang bermain kripto mereka hanya ikutan dengan harapan bisa mendapatkan keuntungan.

Padahal kalau kita bisa memahami cara kerja kripto, membuat aplikasi, bahkan mengadopsinya dalam kehidupan sehari-hari bahkan dalamm model bisnis keuntungan yang kita dapatkan bisa lebih dari hanya sekedar mengejar Airdrop biasa.

Semoga artikel ini bisa menambah wawasan buat yang belum memahami kripto dengan baik, ini hanya menjelaskan secara garis besar mengenai kripto itu sendiri. Bahkan saya tidak menyebutkan istilah-istilah lengkap untuk menyebut sesuatu dalam dunia kripto, ada banyak blocchain, smartcontract, konsensus, blok, nonce, dan lainya. Yang penting kita bisa memahami bagaimana kripto itu bekerja.

Tagged : #Kripto #Uang kripto , pada Sabtu, 15 Februari 2025 11:23 WIB