Suka atau tidak suka saya udah lama benci dengan adik

Sayang kakak adik

Kebencianku terhadpa adik di mulai dari sejak ia masih gadis, intinya aku nggak pernah akrab dengan adik. Salah satu faktor yang mempengaruhinya adalah kemiskinan, ya benar saja. Kemiskinan telah memisahkan pemikiran kami berdua. Dulu ketika berada di rumah nenek, aku sering sekali di tuduh dengan tuduhan mencuri uang.

Padahal aku sama sekali nggak pernah mencuri uang, tapi ternyata yang mencuri itu adiku sendiri. Aku bisa mengetahuinya ketika di fitnah mencuri uang 100 ribu, ketika uang tersebut sangat di harapkan om aku. Saat itu sama-sama mencari, semua tempat pakaian sudah di bongkar semua, bisa-bisanya dia memfitnah seolah-olah uang tersebut di temukan di rak pakaaianku.

Perkara uang memang sulit, sejak aku di rumah NENEK hampir setiap hari mendapati tuduhaan serupa. Sampai aku tidak kuat lagi menahan tuduhan-tuduhan tersebut akhirnya aku pindah dan ingin pulang ke Rumah ibu, sayang beribu-ribu sayang ketika aku di sini rupanya BAPAK & EMAK berantem sampai CERAI.

Padahal tujuan utamanya agar aku bisa tinggal bersama ibu, bapak, di urus sama mereka. Karena hal itu aku di asuh oleh Nenek ( ibu nya bapak ) dan bapak sendiri, selama di sini aku sudah kehilangan banyak teman, sudah terisolasi dari dunia pergaulan yang dulunya rame teman.

Adik ku itu sudah banyak membuat perkara, ia berhenti sekolah karena melarikan uang beasiswa. Tapi guru tidak mempermasalahkan uang tersebut, hanya meminta pertanggung jawaban mengenai uangnya di pakai untuk apa. Guru yang mengajukann beasiswa sebenarnya meminta sogokan berupa potongan sumbangan sukarela, biasanya di harapkan 50rb per siswa, jadi cukup wajar meskipun adiku sudah berhenti dan gak mau lagi sekolah tetap di ajukan.

Tamatan SMP kelas 2, tidak lanjut ke kelas 3. Setelah itu selama aku bersekolah di SMP & SMA adiku ini sudah tidak lagi sekolah, sehari-hari cuma tiduran main HP cuma itu pekerjaanya di rumah bertahun-tahun. Itu lama loh, dia kelas 2 SMP aku kelas 3 SMP, 3 tahun aku sekolH SMA dia ngapain aja nggak tahu kerjanya apa.

Tahun 2020 masa menegangkan bagiku semua, karena dia ingin menikah melangkahi kakaknya. Aku sendiri lulus sekolah di tahun 2019, dengan tanpa pegangan apapun, hanya punya sebuah ponsel dan tanpa uang, masih bisa internetan karena memanfaatkann internet gratis mode ungu dari internet.org.

Sebenarnya aku nggak setuju dengan adik mau nikah duluan, masih labil, nggak pernah kerja cari duit, nggak pernah masak, intinya cuma orang yang tiduran di tempat tidur sambil main HP. Tapi alasan bapak menikahkan anak karena sudah tidak kuat menagnggung beban, siapa yang mau kasih dia duit, atau ksih makan sebab selama 1 tahun terakhir adik ikut tinggal di sini.

Kerjanya main HP, Makan, Tidur, masak nggak pernah, nyapu nggak pernah, padahal dia cewek sudah seharusnya pekerjaan rumah tangga itu dia kerjakan.

Akhirnya menikahlah dengan total modal pernikahan seluruhanya di tanggung oleh pacarnya, total dana 15 juta. Dana tersebut di dapatkan dari menjual tanah hasil peninggalaan ayah nya, nggak ada music, ada music di pinjemin dari tetangga.

Kebencianku di mulai di hari pertama setelah pernikahan, ketika bikin kopi dia buat kopi nggak nawarin orang sekitar, nggak di bikinin kopi. Padahal kita adalah kelurga utama, kita saudara yang paling dekat, harusnya tawarin dulu bikin 1 tekok kopi hidangkan di depan, ini nggak cuma bikinin kopi lakinya doang.

3 Hari setelah pernikahan sudah mau pergi aja, kita merasa sangat kesal sekali. Nnggak sekalian tinggal di sini dulu selama sebulan, sambilan kenalin itu laikinya dengan kita semua, kan orang baru, wajiblah di kenalin. Memang ketika pernikahan nggak di persiapkan kamar di sini, mereka tidur di luar ruangan di ruang tamu depan.

Rasanya kita sangat kehilangan pada saat itu, setelah sebulan sejak kepergiaan mereka kita bisa iklas. Mereka punya kehidupan sendiri, dan kita di sini punya kehidupan sendiri. Jadi nggak saling ganggu mengganggu.

Selanjutnya saya mulai benci adalah ketika hamil malah balik ke sini, dua lakik bini tinggal di sini semua. Aku merasakan sekali, merasa nggak nyaman, karena kehadiran orang baru di sini. Kenapa nggak nyaman? Karena di sini sudah cukup kekurangan, makan siang sekalipun kadang nggak ada, terus ini nambah orang baru.

Mana lagi lakinya nggak bekerja, menganggur, malam bermain selot, siang tidur sampai jam 5 sore. Siapa sih yang nggak benci model seperti itu, nama nya sudah nikah tanggung jawab nya tinggi, istri harus di nafkahi.

Kalau masih mau main seperti anak-anak ngapain nikah dari awal, kacau. Aku mulai benci pada mereka yang ikut mencampuri keluarga di sini, 8 bulan mereka tinggal di sini sampai-sampai lahiran pun anak nya di bawa ke sini.

Waktu lahiran saya pernah juga di jelekin oleh PONAKAN, waktu itu motor saya rusak dan nggak ada lagi duit buat perbaikinya. Beli motor tersebut juga sudah tersandung malu, 2 kali kena tipu. Malah di ejek, bawa ini motor mulung katanya. Mungkin menurut mereka, kalau adik saya bisa nikah saya juga bisa gitu, alah T4I.


Sampai saat ini aku terus merasakan benci ketika adik berada di sini, kita udah susah, hidup susah, kadang makan siang kadang nggak. Aku ketika ada uang beli nasi buat makan siang, beli mie, atau beli bakso itu cukup kadang aku mentraktir orang rumah ada 3 orang cukup lah lumayann ringan buat traktirnya.

Ketika ada adik di sini malah susah mau jajan, nggak mungkinlah jajan sendiri mereka nggak di kasih, pasti beli banyak harus karungin mereka sekalian. Dan itu menyebalkan apalagi penghasilanku rendah banget, aku hanya bisa mendapatkan 800 ribu per bulan.

Pernah sih penghasiilan 4 juta sebulan, tapi semuanya habis untuk meng-upgrade diri. Aku lulus dari sekolah dengan nggak punya apa-apa, jadi wajar ketika mulai punya penghasilan beli baju, beli kendaraan, beli HP Baru, beli lemari, beli stiker dinding, semen ulang kamar, beli kasur, beli gordeng, dan laptop buat kerja dan senagainya.

Intinya aku mengupgrade diri dari sebelumnya kumal, kucel, dekil, dan tampang menyedihkan sekali mulai punya harta benda dan pendukung kehidupan. Mungkn aku menghabiskan sekitar 70 juta untuk kebutuhan diri, seperti memberanikan diri untuk cabut gigi, tambal gigi.

Uang tersebut merupakan penghasilan periode 2022, pada tahun 2023 sudah surut penghasilan udah jarang. Di tahun 2023 aku sama sekali nggak mendapatkan penghasilan apapun, maklum saja aku hanya berjualan bot telegram, algoritma Google berubah, permintaan makin sulit.

Bahkan website yang aku bangun penimatnya sudah menurun. Ya di tahun 2023 itu hanya menikmati tetesan terakhir dari gaji 4-5 juta sebulan, pada akhir tahun 2023 sisa tabungan hanya sekitar 4 juta lagi.


Kebencianku terhadap adik mulai aku utarakan, ketika mereka nggak bisa di tegur. Misalnya, setelah menikah dia selalu bermain HP selalu saja HP yang di mainkan. Maksudnya apa coba, enak kalau menghasilkan duit, ini hp tiap hari rumah berantakan oleh ankanya. Orang mau lewat keluar pun susah, merasa risih saya denngan kegiatan semacam itu.

Kondisi bak kapal pecah, berantakan karena tak ter-urus jauh lebih baik daripada berantakan oleh ankanya. Nasi di mana-mana beredar, sampah plastik, mainan anak semuanya bertebaran. Begitu juga kasur siang malam terus di bentang, aku mau lewat ke dapur pun susah.

Kalau ke sini lama sekali, 2-3 minggu baru pulang, selama itu memang sangat menderita lah saya. Mau jajan nggak bisa beli sedikit, mau lewat atau mau sekedar duduk di depan rumah berantakann semua, dia enak asik main HP setia hari. Apa yang di kejar, lakik sudah ada, duit tinggal terima gaji lalki, tapi paling malas cuma tiduran main HP.


Amarah yang aku ucapkan ketika mereka nggak bisa di bilangi/ditegur, jadi lakinya itu setiap malam duduk di pondok depan rumah. Nggak ada yang marah sih duduk di sana, tapi setiap dia duduk karpet vinyl lantai semua robek, abu rokok di mana-mana, intinnya hancur dah.

Setiap pagi saya harus perbaiki itu karpet yang staple nya lepas, robek, dan menyapu abu rokok bekas dia semalam. Saya udah marah sekali sama kegiatan mereka ini, udah nikah harusnya ubahlah sikap jadi dewasa sedikit.

Main selot kurangi, bergadang malam kurangi, merusak jangan, kalau apa-apa kotor ya di bersihkan, pagi-pagi bangun cari sarapan nggak perlu mahal-mahal cukup beli roico goreng nasi itu udah cukup yang penting sarapan, dia mau beli mie gak mau bagi pun nggak masalah yang penting ada aktifitas mandiri.

Ini nggak, kacau balau.. semua masih tidur, lakinya tidur, biniknya main HP sambil rebahan intinya kacau sekali. Aku sudah bangun nyeduh kopi, bersiap untuk duduk kerja depan laptop ngerjain project client. Mereka masih santai-santai....

Aku yakin siapapun kamu pasti kesal dengan orang type seperti ini. NIKAH di pakai buat main-main, bukan mengubah diri, aku usir mereka. Ngapain juga makin lama di sini makin merusak, sebenarnya sudah lama aku tegur. kasur di gulung, karpet vinyl pondok jangan di rusak, abu rokok di buang pada tempatnya.

Mau di tegur berapa kali pun nggak peduli mereka, sampai akhirnya aku USIR dari sini. Meskipun ini bukan rumahku, aku sendiripun kalau di usir oleh BAPAK sekali lagi bakalan pergi juga dari rumah ini. Dari kecil nggak ada ketenangan di sini, cuma aku belum pergi karena fisik letih mudah sakit, kalau pergi ke tempat jauh siapa yang mau rawat.

Begitulah kebencianku terhadap adik, sebenarnya aku sama sekali nggak benci sama orangnya. Aku benci sama tingkah mereka, yang di mana udah nikah berkeluarga tapi masih ala bujangan/anak gadis.

Anak nya 1, saat ini sudah berumur 3 tahun. Sejak aku usir dari Rumah mereka sudah mulai ada jarak, mulai sombong. Gapapalah sombong-sombongilah dirimu, daripada di baikin nanti makan hati. Nama nya juga udah nikah, ya jadi orang lah bukan seperti anak kecil lagi, fikir gimana caranya hidup. Jangan sampai melahirkan anak generasi miskin baru.

Ah sudahlah, memang dunia ini penuh akan lika-liku kehidupan. Saat ini aku sedang kesulitan finansial, penghasilan per bulan kurang mencukupi untuk kebutuhan pribadi.

Tagged : #Kegagalan #gagal #dan gagal , pada Rabu, 08 Januari 2025 22:22 WIB