Sisi Gelap Grup facebook, moderasi, dan keterbatasanya
Post ini hanya mewakili pandangan pribadi, saya hanya bercerita mengenai pengalaman pribadi saja. Facebook di kenal akan komunitas nya yang sangat rame, komunitas di facebook di wujudkan salam sebuah Grup daring. Yaitu sebuah medium, tempat di mana anggota dapat memposting dan saling menanggapi, postingan tersebut menjadi bagian dari sebuah grup, serta penyebaranya di kontrol oleh algoritma.
Dengan adanya grup, kita dapat memisahkan kategori sub topik. Di sinilah keunggulan dari grup yang di sediakan oleh facebook, misalnya grup masak atau resep. Sudah pasti isinya akan penuh membahas seputar resep dan masakan. Fitur ini membuat konten di fb jauh lebih terstruktur, pengguna bisa memilih sendiri persepsi konten mereka.
Pengguna dapat mengikuti grup untuk mendapatkan informasi kiriman dari Grup tersebut di Newsfeed. Selain itu metode merekomendasikan konten bagi facebook akan jauh lebih mudah. Programm hanya perlu memulih konten yang paling sesuai pada grup terkait, tidak perlu memilihkan lebih banyak data dalam jumlah ribuan posting di fb.
Berkat keunggulanya tersebut, banyak dari kita bergabung ke komunitas grup. Saat ini grup komunitas facebook sudah cukup ramai dengan beragam topik bahasan, grup Keluh Kesah, Curhat Diskusi, dan banyak grup lainnya. Keragaman telah terjadi dan tercipta sejak 10 tahun terakhir, bahkan biasanya ada grup fandom/fanbase artist.
Bergabung pada grup orang lain ternyata bukanlah suatu yang menyenangkan. Tidak semua grup menghargai kebebasan ber-expresi, ini merupakan bentuk ketimpangan sosial menurut saya. Bahkan peraturan nya jauh lebih ketat di bandingkan memposting thrad/cuitan secara langsung di ranah publik facebook.
Saya punya kisah, tahun 2019 pernah bergabung ke grup Meme ( grup lelucuan humor ). Saya bergabung ke grup tersebut di antaranya MCI, MCJI, WKWKNAND, dan beberapa grup serupa. Awalnya senang ketika melihat di sana banyak sekali post berkualitas, konten Meme yang lucu, membuat kita tertawa happy.
Sampai pada akhirnya saya menyadari bahwa saya hanya di jadikan budak audience. Ketika melihat post orang cukup rame, saya juga ingin memposting di sana. Jadi saya bikin meme orisinil, mulai dari mencari ide, mencari footage, hingga melakukan pembuatan pada aplikasi pixellab.
Setibanya akhirnya di posting juga di grup terkait, postingan membutuhkan persetujuan ADMIN. Saya menunggu kurang lebih 3 hari, hampir setiap hari saya lihat sudah di setujui atau belum. Pada hari ke 4 saya sangat shock ternyata di tolak, tapi saya masih berfikir positif.
Saya baca kembali Rules peraturan grup, syarat memposting, dan mencoba membandingkanya pada post yang di tolak. Dan ternyata tidak ada kejanggalan, semua post saya memenuhi kriteria. Karena sudah di tolak, akhirnya saya bikin meme content baru.
Kenapa buat baru? Karena konten sebelumnya mungkin sudah tidak lagi relevan dengan kondisi saat ini, sebab sudah lebih dari 1 bulan sejak saya tidak lagi melihaat grup terkait. Pada fase kedua sama seperti pertama, saya riset, mencari footage, hingga memproduksi meme baru.
Memposting konten tersebut ke grup komunitas merupakan hal yang sangat mendebarkan bagi saya. Pada kedua ini tidak butuh waktu lama post langsung di tolak, bukan sistem otomatis yang menolak tapi admin di sana.
Dari sinilah saya merasa kalau grup facebook itu tidak adil. Putus asah, hingga pada akhirnya saya membuat dan mengembangkan grup sendiri. Ketimpangan ini membuat saya keluar dari grup yang sebelumnya. Buat apa juga, memposting juga tidak di hargai. Cuma di jadikan sebagai budak untuk meramaikan grup mereka.
Dari kisah tersebut, kejadian yang sama juga terjadi. Bahkan di beberapa grup lain pun tidak pernah saya di terima ketika memposting. Banyak posting yang di tolak, padahal sudah membaca dengan baik dan mengikuti aturan yang di teatapkan oleh ADMINISTRATOR sana.
Saya mulai berfikir, oh begini ya konsep nya. Kalau bukan tempat kita sendiri, kita bahkan tidak akan di hargai untuk memposting di sana. Saya bahkan pernah di blokir di grup, grup shopee affiliate. Waktu itu saya memposting thread bertanya dengan kalimat sopan.
#Ask, kenapa ya pada banyak yang share links video tapi ujung-ujungnya malah masuk ke shopee.
Post tersebut sempat di approve, namun ketika saya ingin melihat notifikasi komentar post sudah tidak ada lagi. Saya hanya melihat halaman kosong berisikan halaman tidak lagi tersedia. Dan ternyata apa yang terjadi? Saya di blokir dari grup tersebut, betapa ketidak adilan itu terjadi.
Memangnya apa sih alasan mereka memblokir? Takut saingan kah, takut apa kah. Postingan juga sudah memnuhi peraturan. Misalnya, di sana tertulis kebijakan kalau mau posting pertanyaan wajib menyertakan hastag #Ask, tapi apa hasilnya? bahkan sudah mengikuti aturan pun di blokir.
Saya fikir saya perlu membuat Grup Komunitas Sendiri
Melihat semua ketimpangan, dan ketidak adilan ini saya berusaha mengembangkan grup fb sendiri. Ada beberapa komunitas yang pernah di buat, saya membuat grup MEME, membuat grup N*F**, grup Jual beli, dan beberapa grup lain.
Saya baru bisa mendapatkan kebebasan memposting ketika, sudah punya grup sendiri. Dari sini mulai muncul sebuah kebiasan, saya caper, memposting hampir setiap minggu. Bahkan saya tidak segan untuk membagikan argumen atau sudut pandang sendiri.
Rasa nyaman di dalam hati juga ada. Di sisi lain muncul sebuah permasalahan baru. Grup facebook ternyata harus di management dengan baik. Posting dari anggota yang melanggar standar komunitas facebook ternyata akan berdampak langsung pada kualitas grup dan administrator.
Adapun jenis pelanggaran kebijakan adalah pelanggaran umum, seperti penggunaan kata ujaran kebencian, perundungan, exploitasi sksual, dan banyak lagi. Semua berkaitan dengan permasalahan umum yang mempunyai dampak negatif. Ini jauh dari regulasi aturan yang biasa di terbitkan oleh admin grup.
Oleh karena nya saya harus mengaktifkan persetujuan posting. Persetujuan ini untuk meninjau postingan yang berpotensi melanggar standar komunitas. Karena sebelumnya saya pernah punya masalah yaitu "kebebasan ber-expresi"
Jadi saya menerbitkan hampir semua post member, kecuali yang berisi pelanggaran fb comunity standar, serta berpotensi spams. Saya merasa sangat senang, di sana interaksi rame, jumlah anggota terus tumbuh datang dari pencarian maupun rekomendasi.
Permasalahan yang saya hadapi adalah post member yang explisit melanggar standar komunitas. Di tambah lagi algoritma penghapusan fb yang jelek. Saya kerap menemukan posting yang menurutku tidak melanggar dan tidak ada nilai negatifnya sama sekali. Tapi malah di hapus dan di cap sebagai spams.
Menurutku ini kesalahan sistem, kenapa bisa demikian? Sebab, aku sendiri sering melakukan pelaporan konten pelanggaran. Konten yang benar-benar melanggar, spam, hoax, hatespeech, hingga pornografi tidak di hapus oleh pihak facebook. Sampai sebel sendiri, capek-cape melaporin tapi tidak di hargai.
Sebenarnya itu cuma sebagian, aku sangat aktif melaporkan konten melanggar di platform meta tersebut. Namun hasilnya mengecewakan, 90% laporan tidak di terima bahkan tidak ada tindakan mau di hapus atau bagaimana. Sebagian besar laporan tidak berakhir penghapusan, padahal konten yang di laporkan sudah secara jelas dan terang melanggar standar komunitas. Alih-alih menghapus post yang saya laporkan, sistem facebook malah menghapus post lama saya tahun lalu dan di cap sebagai SPAM.
Banyak sekali kekacauan di facebook
Dalam grup yang saya kelolah terjadi persengketaan antara admin dan anggota. Anggota yang posting mereka di hapus otomatis oleh facebook, atau di tolak karena mengandung ujaran kebencian mempermasalahkan hal tersebut, satu-satunya yang mereka tuduh adalah ADMIN.
Grup dapat berpotensi menjadi sebuah media bulying yang menyerang pribadi. Pada tahun 2023 lalu, saya pernah membagikan sebuah thread berdasarkan hasil experiment. Pernyataan yang cukup panjang dan lebar tersebut membahas mengenai Fast Charging Baterai
Apa yang terjadi? Argument dan opini saya di debat oleh banyak pihak, bahkan mereka tidak ragu mengeluarkan istilah kata/kalimat perundungan. Kalimat ini adalah kata-kata kasar yang tidak menghargai keberagaman, dan juga tidak menghargai kebebasan berpendapat.
Terjadi silang timpang tindih, Meta Facebook justru salah dalam menanggapi setiap posting. Mereka menghapus konten yang benar dan mengabaikan konten yang salah, di sisi lain pengguna dengan konten yang salah dan negatif meraja lela di platform tersebut.
Sebagian di antaranya sudah kena teguran, dan di hapus otomatis oleh fb. Saya tidak perlu melakukan moderasi manual, namun dampaknya berpotensi ke grup saya juga. Dimana kualitas grup jadi menurun. Masalah puncak terbesar adalah ketiak saya melawan arus..
Dimana antara anggota dan ADMIN berbeda sudut pandang, kalau di nilai secara logika ADMIN bisa di katakan benar. Namun lagi, logika di kalahkan dengan logika. Bisa di bilang orang bodoh akan selalu menggunakan berbagai cara untuk dapat mendebat orang pintar dan menjatuhkanya. Dan pada saat itu 85% anggota grup lebih berpihak ke anggota di banding admin.
Apa yang saya rasakan mirip seperti kejadian kasus BINOMO, dimana banyak orang mendukung affiliator mereka, berusaha mati-matian bahkan indra kenz sangat populer di masa itu. Apalagi pada kasus Vtube, mereka yang salah terus-terusan membela diri, padahal berada di jalur yang salah. Namun mereka menang secara mayoritas.
Begitulah sisi gelap dari GRUP facebook, selain masalah kebebasan ber-expresi, konten negatif, ada juga grup yang dimanna di jadikan tempat untuk melakukan spaming. Sejak era shopee affiliate banyak grup di transforamasikan jadi tempat untuk memposting produk shopee. Bahkan bertentangan dengan rules aturan grup, tidak relevan sama sekali dengan konteks grup.
Era sekarang banyak sekali orang caper ( cari perhatian ), biasanya dari kalangan cewek. Mereka aktif di grup hanya untuk mendapatkan perhatian saja, hanya dengan memasang foto profile cantik bermodalkan filter sudah mampu mengundang banyak follower grup ke akun mereka.
Facebook memang bagus, tempat untuk bersosialisasi, sekarang sudah bisa di jadikan tempat untuk mencari uang. Namun jika di timbang lagi, ada banyak sekal sisi gelap di sana. Facebook mengalami masalah dengan privasi pengguna, konten hoax, hatespeech, rasis, dan provokasi.
Pelanggaran privasi facebook menurutku sangat luar biasa. Sampai aktifitas di luar fb pun di unggah ke akun kita dan jadi bahan untuk penargetan iklan. Beberapa website memasang pelacakan fb pixel di website mereka.
Pelacakan ini dalam keadaan logout fb, dia menyimpan informasi identifikasi pada cookie pengguna. Sementara itu jika sesi fb kita login di browser yang sama, biasanya data tersebut langsung di kirim ke facebook. Data ini di jadikan sebagai produk untuk penargetan iklan.
Namun, di dalam grup facebook tidak ada iklan. Kecuali jika memutar video Reel, atau video panjang, meskipun video tidak di monetisasi atau pengguna tersebut tidak memenuhi syarat monetisasi namun facebook menempatkan iklan pada Konten tersebut.
Mungkin cuma sebatas ini, masalah terbesar dari Grup komunitas fb. Bagian inti dari pembahasan, setiap grup fb yang besar belum tentu mempunyai sifat kebebasan, belum tentu menghargai kontribuasi anggota nya. Kegiatan seperti Menanggapi posts, berkomentar di post orang lain menutuku tidak dapat di anggap sebagai kontribusi.
Kegiatan interaksi tersebut membantu meningkatkan grup agar lebih banyak di rekomendasikan, dan membantu mengangkat POST terkait. Mereka yang di untungkan, sementara kita tidak di untungkan dari kegiatan menanggapi suatu postingan.
Tagged : #Fb , pada Sabtu, 24 Februari 2024 08:53 WIB