Kemiskinan ini telah membuat masa depan saya hancur

Terlahir dari keluarga miskin memang sangat menyulitkan, masih akan lebih baik jika terlahir dari keluarga miskin tapi cerdas dan berjiwa pemimpin. Ini tidak, tak ada kata berjiawa pemimpin seperti seorang ayah. Hanya ada kebencian, kemarahan, hingga kemiskinan akut yang membuat keluarga ini sulit untuk berkembang lebih baik.

Dengan anaknya 6 orang, gaji bapak tak pernah berubah dari 50rb - 80ribu per hari. Tak ada fikiran bahwa anak ini merupakan titipan, yang di mana harus di penuhi kebutuhanya. Kebutuhan sekolah anak, kebutuhan pakaian, kebutuhan gizi dan nutrisi, hingga kebutuhan tempat tinggal saat menjelang remaja.

Bapak tak pernah berfikir, jika anak ini sukses maka bapak juga yang akan menikmati hasil nya. Saya banyak sekali bermasalah, baik di dunia sososial sekolah, hingga ke zona keluarga, kunci dari permasalahan tersebut adalah finansial.

Kegiatan ekstrakurikuler, pembelian LKS, hingga patungan saya jarang ikut, karena sudah pasti nggak bakalan di beri atau di marahin kalau minta. Gizi saya juga kurang, masa kecil hidup dengan kemiskinan sejak tinggal bersama bapak lebih banyak makan Mie instan. Beli 3 bungkus Mie di bagi 6 orang, setiap hari begitu selama 7 tahun.

Baju gak pernah beli, bahkan sampai kumal kucel banyak binting hitam masih di pakai. Kesehatan apa lagi, harusnya saya itu melakukan pemeriksaan gigi, gigi saya beda dengan yang lain tumpang tindih perlu penanganan. Dalam zona miskin seperti itu jangankan mau berobat ke dokter gigi, sakit gigi di tahan tahan 20 tahun saya menahankan sakit gig dan gigi berlubang.

Hidup tiap hari terisolasi di rumah, nggak ada pengalaman apapun yang bisa jadi bahan cerita ketika bersama teman. Kendaraan nggak punya, setiap hari ada saja keributan. Paling sering adalah keributan mengenai kemalingan, barang saya sering hilang di maling, bahkan ketika makan lauk telur yang udah di bagi 3 masih di potong lagi.

Semasa SMP gak ada hal apapun yang saya kerjakan selain HOBI. Setiap hari, pulang sekolah saya mulai bermain dengan hobi. Ngumpulin barang ronsok, membongkarnya, dan mencoba memperbaiki alat tersebut. Bila mana alat tersebut tidak dapat di pulihkan, saya menghancurkanya dan mengambil komponen di dalamnya, komponen ini sangat berharga, kemungkinan bisa di gunakan kembali.

Orang menyebutnya suku cadang, tapi sayang orang tua saya malah menjelekan kegiatan tersebut denan istilah "Tikus memperbaiki labu" yang artinya merusak barang. Padahal benda tersebut sudah rusak, kalaupun di perbaiki akan menelan biaya Mahal.

Pernah sih coba mempelajari teknologi HP, perbaikan ringan penggantian baterai, bootloop, atau perbaikan korosi kecil. Apa yang saya lakukan justru di manfaatin orang yang mau dapatin jasa dengan harga gratis. Padahal nggak gratis, misalnya memperbaiki tombol komponen yang ada pada tombol tersebut harus di beli, nggak mungkin lah di akalin.

Tapi orang di sekitar justru memaksa saya akalin, termasuk bapak sendiri. Itu sebabnya kadang benci dengan orang sekitar, terkadang bisa di perbaiki, suku cadang yang sebelumnya di simpan bisa manfaatkan untuk memperbaiki part yang rusak.

2018, beralih dari elektro saya membuang semua barang bekas yang di kumpulkan. Tak dapat dukungan dari orang tua, percuma, hobi ini akan sia-sia nggak bakalan jadi cikal-bakal pekerjaan di masa depan. Saya putar balik dan belajar ngoding.

Dulu saya berusaha keras mempelajari bahasa PHP, belajar membuat projec auto liker facebook. Dari sini saya mulai di kenal, dan mulai membuat website. Tapi, lagi-lagi kendalanya di finansial. Untuk meng-online kan situs web di butuhkan web hosting dan domain, di saat itu saya gak punya banyak uang.

Kadang di beri, kadang nggak. Bahkan ongkos buat pergi sekolah jarang sekali di kasih! Ini entah gimana orang tua saya menghidupi anak, asal kasih makan udah, nggak peduli kalau sekolah dan hobi itu dapat mengasah bakat anak yang dapat menjadi cikal bakal pekerjaan nya di masa depan. Barang kali anak tua ini bisa mengubah derajat keluarga, yang tadinya miskin jadi lebih baik.

Tapi apa mau di kata, tinggal di tempat yang sepi, jarang bertemu orang, uang gak punya hidup dalam kemiskinan. Begitulah, cukup menyesal sekali kenapa terlahir dari orang miskin yang tak mau berusaha. Kalau masalah miskin, nggak masalah yang penting bertannggung jawab.

Tapi ini orang tua nggak bertanggung jawab, dia sebagai pilot gak menyetir dengan baik. Anaknya banyak yang gagal jadi orang sukses, peran orang tua dalam mendidik anak sangatlah penting, bukan cuma kasih makan sekolahin sudah. Sekolah bukan tempat untuk menjadikan anak itu cerdas, tapi orang tua sendiri lah yang dapat menjadikan anak cerdas.

Bahkan guru di sekolah sering memberikan pekerjaan rumah, menuntut agar anak itu belajar di rumah bersama orang tuanya. Yah sudahlah, tadir udah miskin bodoh, dan pemalas. Begitu juga menular ke anak-anaknya...

Ketika lulus SMK di tahun 2019 saya sendiri bingung mau cari kerja di mana, pokonya kebutuhan akan uang semakin besar setelah lulus. Bahkan ketika saya lulus uang pegangan habis, hany tersisa 300 ribu, itu adalah hasil menghemat uang makan ketika magang. Uang makan di beri 10rb / hari ketika magang, uang tersebut di hemat se-esktrem mungkin tujuanya buat beli HP. Kadang gak makan siang, itu adalah kunci buat ngumpulin uang senilai 600ribu.

Beruntung saya punya HP lebih dulu sebelum menjelang kelulusan, karena UN pada tahun 2019 tersebut sudah mulai menggunakan CBT berbasis HP. Lanjutnya adalah ketika saya lulus itu mau gimana, kendaraan nggak punya, uang nggak terlalu banyak.

Saya bahkan pernah mencari pekerjaan secara daring, nggak tahu mau lamar posisi apa. Pengalaman nihi, ini karena hobi yang dulu diidam-idamkan nggak pernah terwujud, coba saja kalau dulu hobi itu mendapat dukungan baik dari segi material, informasi seperti buk, kursus, ataupun finansial, saya pasti punya pengalaman!

Salah satu pekerjaan yang saya target pada saat itu posisi cleaning service. Rendah sekali, bahkan jauh dari anak listrik masuk ke tukang bersih-bersih. Saya berusaha mencari informasi secara online, ketiak ada nomor saya apply mengenai pekerjaan tersebut chat di whatsapp, kemudian mereka menghubungi.

Setiap pekerjan menanyakan hal yang sama, mereka bertanya punya kendaraan atau tidak? Jarak dari rumah ke sini berapa lama? Dan beberapa pertanyaan lain terkait posisi, sampai mengakhiri telpon dengan keta-kata akan di hubungi kembali nanti, padahal NIHIL.

Masalah terberat ketika itu adalah masalah uang. Gimana saya mau muncul ke publik, sementara gigi bagian depan yang sudah lama mengalami kerusakan justru semakin parah rusaknya, begitu juga dengan pakaian nggak yang bagus buat di pakai.

Selama ini saya hanya mengenakan pakaian sekolah, celana panjang hitam atau sehelai baju yang di beli beberapa tahun lalu. Kalau baju sehari-hari jangankan buat di pakai keluar apa lagi lamar kerja, warnya nya kotor banyak bintik hitam meskipun sudah di cuci berulang kali.

Saya mau sih keluar, tapi penampilan harus good loking dulu. Apalagi lamar kerja itu berpenampilan menarik, mana ada menariknya saya gak pernah tersenyum di depan orang karena cacian yang sudah sangat melekat. Ketiak tersenyum pasti kena hujat, berpingil-pingil.

Beginilah hidup, kalau masalah finansial dari awal sudah sulit kedepanya malah jadi tambah sulit. 2021 Saya ikut program kartu prakerja, awalnya masih ragu ikut program tersebut. Program kartu prakerja di buka sebelum adanya pandemi, program ini dulu pernah di dengar sebagai gaji bagi siswa lulus yang sedang menganggur.

Saya ragu bergabung lantaran karena katanya ada test dan ujian tertulis di kantor kementerian ketenaga kerjaan. Posisi saya sendiri sedang kesulitan, tak ada kendaraaan, tak ada baju yang cukup layak di pakai buat penampilan jadi orang. Jadi selama 2 tahun saya hanya terperangkap di rumah tanpa punya kesempatan buat keluar.

Di tahan-di tahan akhirnya ikut juga di gelombang ke 4 pada tahun 2020, gak tahu lagi pinjam uang di mana buat beli kuota. Karena duit saya sudah benar-benar habis, sementara di prakerja di wajibkan mengikuti UJIAN Kursus Online serta meeting ZOOM. Saya jualan artikel, dulu artikel bansos seharga 10rb/artikel 800-1000 kata.

Uang hasil jualan di belikan paket data, alhamdullilah lancar ikut prakerja. Sementara insentif hasil nya di tahan-tahan dan lama sekali mikirnya. Uang ini rencannya mau saya belikan apa, mau buat buka usaha, membeli motor, atau beli laptop.

Antara buka usaha dan beli motor kurang realistis, insentif total 2.6jt. Pada saat itu pula adik saya mau nikah, yang membuat saya sangat terkejut sekali. Dia yang di kenal sebagai orang biasa aja, sama pemalasnya, setiap hari cuma bermain HP di kamar tiba-tiba minta nikah.

Tapi karena semua sudah ada jalan masing-masing ya saya biarkan saja. Saya gak minta apapun, tapi dalam hati saya nuntud bahwa mereka sudah lebih dewasa. Dari nikah tersebut, di beri lah saya total 1 juta dari modal mereka. Hari itu ketika insentif terakhir prakerja, saya tinggal menerima 600rb + 50rb lagi.

Selama menunggu uang insentif hanya saya belikan paket data, 3bulan 70rb x 3 = 210rb, sisanya kemudian dii belilah Laptop, pilihan jatuh ke Thinkpada x230. Dimanapun laptop inilah yang murah, tapi konsekuensi nya duit itu habis sepenuhnya.

Ada laptop tapi tak ada paket, jangankan bapak mau bantu, dengan anak pun di buat kesal dan tidak pernah sehati. Saya belajar ngetik di laptop ini, memperlacar mengetik meskipun cuma offline tanpa ada internet.

Laptop baru cuma bertahan sebulan langsung di jual karena tak tahan dengan bapak di rumah. Tiap hari ribut terus kerjaanya, libur itu di trigger oleh perkara duit. Jadi dia itu hobi ngutang dulunya, dan tak mau bayar, ngutang mau tapi bayarnya sulit. Tapi yang saya komentari bukan hal seputar hutang, tapi gantlemannan seorang bapak.

Dulu saya pernah di bilang oleh BAPAK penkaut. Sekarang saya mau lihat, mana keberanian bapak!!! Jangan cuma ngomong, anak saya penakit. Mana anak penakut, anak penakut karena orang tuanya penakut, gak memberikan perlindungan kepada anaknya. Alah, Sampe akhirnya saya di usir dari rumah.

Soal di usir dari rumah ini sudah ke sekian kali, dari dulu juga saya sudah berkali-kali di usir. Bukan cuma saya sendiri, nenek, adik, emak dan semua yang di rumah itu sudah pernah di usir. Setan macam apa di kepala bapak ini, karena di rumah ini gak bakalan berkembang, gak bakalan berubah saya di rumah. Begitu aja ribut mulu, gak ada kendaraan gak bisa kemanan mana. Mau harap apa dengan bapak dari dulu dia sudah menjelekkan dan memburuk kan anak-anaknya.

Saya jual lah itu laptop, dapat uang 2.9, kemudian saya jual semua barang-barang ronsok yang saya kumpulkan sejak lama berharap itu bisa di pakai di masa depan namun ternyata sampah. Speaker, adaptor laptop, kipas laptop, amplifier semua saya jual. Total dapatlah uang sekitar 3 juta.

Uang ini mau saya belikan motor dan mau pergi dari rumah, mau tinggal di rumah nenek. Di rumah nenek pun tak di izinkan tinggal, hingga saya membenci nenek dan gak mau lagi melihat nenek. Bahkan nenek mati saya tak datang, saking bencinya saya. Padahal cuma numpang tidur doang, makan bisa cari.


Well, gw udah berjuang dari tahun 2018 ingin jadi content creator. Tujuan utama agar gw bisa mendapatkan dana yang stabil untuk mendukung kebutuhan, gw udah pernah gagal jadi Yotuber di tahun 2018, 2019, 2020. Gw juga gagal jadi seorang blogger, penulis blog yang bisa merangkai kata.

Kini, 5 tahun sudah dari masa lalu tersebut, sangat di sayangkan 5 tahun lalu aku miskin sekali sampai tidak bisa punya kesempatan meraih mimpi. Banyak teman sebaya yang memulai pada tahun yang sama, kini mereka sukses ada bahkan yang sudah mejadi Youtuber, Blogger, Bahkan merambah ke sosmed lain.

Aku sendiri masih berkutat mencari pendanaan, bekerja sebagai developer bot telegram. Pekerjaan setiap hari hanya ngoding, semua program bot telegram yang di jual sekarang adalah hasil kerja ngoding berbulan-bulan. Gw bahakn tidur jam 1 -2 malam hanya untuk mengerjakan program ini, keesokan harinya bangun tidur kerja lagi sekitar jam 7.

Tak ada yang menyiapkan sarapan pagi, terkadang ada sarapan, terkadang juga tidak ada sarapan. Dari dulu gw selalu bermasalah dengan alat dan bahan, ketika mau cari pengalaman, maka dari itu sebagian besar gaji yang gw dapatkan gw tabung untuk membeli alat yang di butuhukan.

Semuanya tidak berjalan dengan lancar, gw habis banyak modal hanya untuk mengikuti keinginan, namun penghasilan malah justru semakin menurun. Ini akibat kebodohan yang gw alami, padahal di keluarga satu-satu anak yang melek teknologi, bisa ngoding, bisa listrik, dan paham mekanisme bisnis bekerja itu cuma saya.

Hanya saya tak punya kapal untuk maju ke sana, maksud saya tak punya uang. Andaikan saya punya 1M, akkan saya investasikan uang tersebut untuk mendapatkan bunga 2juta sebulan cukup untuk biaya hidup, sementara saya bisa bekerja untuk pekerjaan lain dalam hal pengembangan diri. Namun itu nihil terjadi, saat ini penghasilan saya sebagai developer hanya berskisar 800 ribu per bulan.

Tagged : #Kemiskinan #Miskin #bodoh , pada Selasa, 10 September 2024 09:21 WIB